Bait-Bait untukmu Ayyuhal Syekh
Indonesia Berduka
14 Januari lalu, Indonesia kembali berduka. Salah satu da'i kesayangan umat telah mendahului kita. Pulang selamanya, dipanggil untuk ditempatkan di sisi-Nya.
Innalillahi wa Inna ilaihi Raji'un… Syekh Ali Jaber membuka mata kita bahwa kasih sayang Allah itu nyata adanya. Beliau meninggal dalam keadaan baik. Keadaan Husnul khatimah insya Allah.
Kepergian ini beralih menjadi menjadi duka bersama, banyak orang jadi merindukan beliau. Memutar setiap detik berharga ketika beliau masih ada. Tayangan dakwah yang terekam menjadi obat bagi mereka.
Banyak yang lainnya juga melangitkan do'a dan Fatihah untuk beliau. Mengirimi do'a-do'a terbaik sebagai wujud murid memuliakan gurunya.
Hari itu duka tak bisa dibendung. Rindunya melebar ke mana-mana. Salah satu yang masih merindu sampai saat ini adalah seorang penulis dan pengurus FLP Kabupaten Sukabumi.
Kerinduan itu disalurkan lewat bait-bait kata sebagai berikut :
Ayyuhal Syekh
Ayyuhal Syekh...
Mata ini terus mengurai air mata sepeninggal engkau. Dada ini merasakan pedih dan sakit yang teramat. Inikah rasa sakit yang dialami Umar bin Khattab sepeninggal Rasulullah, hingga ia menggap bahwa sang kekasih Allah hanya tertidur pulas.
Ayyuhal Syekh...
Aku melihat Rasulullah dalam wujud engkau, sebagaimana lemah lembut dakwahmu. Rasa cintamu kepada keluarga, anak-anak dan bahkan orang-orang yang menyakitimu. Bahkan pisau menusuk di lengan kananmu saja tidak mampu menghilangkan luhur akhlak dan budimu. Apalah aku ini, masih tidak sanggup memaafkan sekecil apapun kesalahan.
Ayyuhal Syekh...
Engkau sungguh mengagungkan Rasulullah, hingga akhlakmu meneladani sifat beliau. Sungguh, hati ini rindu dan cinta kepada engkau sebagaimana cintanya Abu Bakar Shiddiq kepada sang kekasih Nabi SAW. Inilah rasa cinta yang menyebabkan ketaatan. Sungguh, mendengar tausyiahmu mampu membuat sesak dada mengingat dosaku.
Kepergianmu, sungguh persis ketika ayahku meninggalkan dunia fana ini. Luka yang sama dalam wujud yang berbeda.
Ayyuhal Syekh...
Aku melihat tubuh tinggi nan gagahmu masuk ke dalam liang lahat yang hanya cukup untuk badanmu. Lalu tubuh itu dihimpit papan-papan sebelum tanah merah menimbunmu. Bahkan ketika air menggenang di liang lahatmu, engkau tetaplah jenazah tak berdaya. Meski air itu akan membasahi kafan dan tubuhmu, engkau tak berdaya.
Ayyuhal Syekh...
Apa yang akan kami banggakan di dunia ini? Suami/istri, anak-anak, keluarga, teman, karib kerabat tidak mampu menemani di dalam kubur. Hanya beberapa lembar kain kafan dan amal menjadi saksi pertanyaan Munkar Nakir. Dunia ini fana, semua hanya hiasan. Keindahan apapun tidak berarti apa-apa kala tiba waktunya hari kedatangan.
Ayyuhal Syekh...
Engkau benar, di dunia ini kita hanya sedang menunggu mati dan mempersiapkan amal sebagai bekal.
Allah, maafkan diri ini telah menulis kebaikan beliau. Namun saksikan bahwa aku menjadi saksi hidup beliau dengan kebaikan-kebaikan. Husnul Khotimah yaa Syekhonaa... Jumpakan aku dengan beliau di Surga ya Allah.
Surade, 16/01/21
Oleh Salsabila Else
Ketua Divisi Kaderisasi dan Pembinaan Anggota FLP Kab. Sukabumi
Bila boleh meminta, sebenarnya kami ingin lebih lama memandang beliau. Mencatat dan menyerap ilmu dari lisannya yang lembut
Bila boleh meminta, sebenarnya biar nyawa beliau digantikan dengan kami saja. Umat lebih membutuhkan beliau dengan jika dibanding kami
Tapi nyatanya inilah suratan takdir. Karena setiap yang bernafas pasti akan menghadapi maut. Bukan lagi soal boleh dan tidak boleh, ketentuan ini sudah tercatat di Lauhul Mahfudz.
Pelajaran berharga telah beliau berikan kepada kami. Semoga kami bisa menjaganya, meneruskan perjuangan beliau dalam mensyiarkan Islam.
Meneruskan perjuangan beliau dalam mendekatkan orang-orang dengan kitab-Nya, satu-satunya petunjuk yang berisi Firman-Nya.
Jalan selamat bagi siapapun yang membaca dan mengamalkannya
Semoga Allah merahmati dan menumbuhkan pejuang-pejuang Qur'ani lainnya layaknya Syekh Ali Jaber...
Aamiiiin ya Mujibbassailiin. Terimakasih sudah berkunjung, Kak