5 Ayat Literasi, Pemuda Muslim Wajib Tahu Nih
Pada tulisan kali ini akan dipaparkan tentang 5 ayat literasi dalam Al-Qurán. Sebagai seorang penulis, pembaca atau pegiat literasi muslim, mungkin ayat-ayat ini sudah tidak aneh lagi. karena itu, jika ada yang masih belum mengetahuinya, yuk simak supaya langsung tahu.
Ilmu Tuhan
Berbicara soal ilmu Tuhan, tentu tidak seorang pun yang menguasai semua pengetahuan kecuali sedikit sekali ilmu yang dimilikinya. Sebagai contoh, Perguruan Tinggi yang memiliki legitimasi dalam menyematkan sebuah gelar pada seseorang melainkan pada sedikit misal seperti sarjana pendidikan, sarjana ekonomi, sarjana manajemen, sarjana ilmu komunikasi dan sebagainya.
Begitu pula ketika, melanjutkan jenjang stratanya lebih terkonsentrasi satu sub bagian ilmu pengetahuan yang didalaminya. Dengan demikian, dari ilustrasi tersebut menyematkan bahwa ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang manusia itu sangat sedikit dan sempit sekali di tengah lautan dan hamparan samudra ilmu pengetahuan Tuhan.
Perhatian Tuhan terhadap ilmu pengetahuan sangat besar, bahkan firman-firman bertebaran di berbagai kitab-kitab suci, tentu saja di dalam kitab suci Al Qur’an ilmu pengetahuan mendapatkan porsi besar, bahkan satu kitab suci tersebut banyak sekali informasi-informasi ilmiah dan batiniyah yang sangat bermanfaat bagi keberlangsungan kehidupan di dunia. Untuk memahami hal tersebut, maka dibutuhkan literasi yang serius sebagai upaya pemahaman kita dalam menjalankan sebuah ajaran atau sebuah informasi yang terdapat dalam kitab suci.
Pentingnya Literasi
Betapa penting literasi juga sangat dianjurkan dalam Al-Qur’an diantaranya adalah Tuhan memfirmankan wahyu-wahyunya dan terdokumentasikan dengan baik dalam penggalan-penggalan surat. Bahkan Tuhan menspesialkan satu surat di dalam kitab Al –Qur’an yaitu Al-Qolam yang artinya adalah “pena”. Hal ini mengindikasikan bahwa Tuhan ingin menginformasikan kepada makhluknya bahwa segala sesuatu yang ada di muka bumi dan langit merupakan bagian dari al-qolam. Semua sudah tercatat dan terarsipkan di lauhul mahfudz bermacam-macam takdir makhluknya baik itu manusia, jin, tumbuhan, hewan, langit, bumi bahkan malaikat sekali pun. Karena sesungguhnya yang kekal hanya pencipta mereka saja.
Literasi dapat diartikan sebagai proses pemahaman seseorang terhadap sebuah fenomena, melalui kegiatan membaca dan menulis. Berkaitan dengan hal tersebut, maka literasi dapat dijadikan sebagai fondasi atau dasar-dasar dalam memahami sebuah fenomena. Elizabeth Sulzby, mengungkapkan bahwa literasi merupakan kemampuan seseorang dalam berkomunikasi dengan mendasarkan pada empat komponen yaitu membaca, menulis, menyimak dan berbicara.
Di dalam Al-Qur’an sendiri Tuhan senantiasa berfirman dan menyeru kepada umat manusia untuk gencar dan melakukan kegiatan literasi karena hanya dengan kegiatan tersebut umat manusia akan keluar dari kegelapan menuju pencerahan. Seperti hal sejarah dunia mencatat terjadinya auf clarung di Jerman dan renaisans di Eropa. Bahkan kehadiran Islam oleh sang revolusioner Nabi Muhammad di tanah arab yang menjadi cahaya di seluruh daratan Jazirah dan dunia.
5 Ayat Literasi dalam Al-Qurán
QS. Al Alaq ayat 1-5
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dengan nama Tuhanmu yang maha mulia. Yang telah mengajarkan manusia dengan perantara membaca dan menulis.”
Quran Surat Al Alaq ayat 1-5 ini merupakan wahyu yang paling pertama turun kepada Nabi Muhammad SAW. Ayat ini merupakan ayat literasi pertama yang diajarkan Tuhan kepada Nabinya. Hal tersebut, mencerminkan bahwa Tuhan sangat memuliakan kegiatan membaca dan menulis. Bahkan lebih menekankan pada kegiatan membaca sebagai wujud literasi dengan disebutnya kalimat membaca sebanya tiga kali dan kalimat menulis sebanyak satu kali.
QS. Al Isra ayat 14
“Bacalah kitab (suratan amalmu), cukuplah engkau sendiri pada hari ini menjadi penghitungan terhadap dirimu (tentang segala yang engkau lakukan).”
Ayat ini menginformasikan bahwa setiap manusia yang telah meninggal akan mendapatkan sebuah kitab yang berisi tentang amalannya selama di dunia. Hal ini merupakan dari pertanggungjawaban seorang manusia yang telah melakukan sebuah amalan atau perbuatan selama hidup di dunia. Dalam firman tersebut Tuhan telah menyerukan dengan kalimat “bacalah!” mengingatkan kepada umat manusia bahwa setiap perbuatan yang dilakukan akan dipertanggungjawabkan serta membaca sebagai dasar dari memperoleh ilmu dan tindakan (amalan).
QS. Al Baqarah ayat 44
“Mengapa kamu suruh orang lain(mengerjakan) kebaikan, sedang kamu lupa diri (akan kewajiban)mu sendiri, pada kamu membaca al-Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”
Yang membedakan manusia dan makhluknya adalah “akal”. Berkali-kali Tuhan senantiasa mengingatkan makhluknya (manusia) untuk senantiasa menggunakan akalnya. Demikian pula pada ayat ini Tuhan mengingatkan kepada pembaca al-Kitab untuk mengerjakan kewajibannya sebagai makhluk Tuhan. Kemudian, kita mendapatkan informasi penting dari ayat tersebut bahwa dengan membaca merupakan jendela ilmu dan ilmu akan bermanfaat apabila bukan hanya disampaikan tetapi juga diamal sebagai sesuatu kewajiban.
QS. Ali Imran ayat 78
“Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca al-Kitab, supaya kamu menyangka yang membacanya itu sebagian dari al-Kitab, padahal ia bukan dari al-Kitab dan mereka mengatakan : “Ia (yang membaca itu datang) dari sisi Allah”, padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui.”
Ayat tersebut jelas menerangkan, bahwa ada sebagian kelompok yang membaca kitab tetapi, ia berdusta dengan apa yang telah ia baca. Artinya, bukan mereka tidak mengetahui sebuah kebenaran tetapi, kebenaran yang ia dapatkan dari kitab tersebut telah ia dustakan. Maka, hal ini menginformasikan bahwa untuk mengkonfirmasi apakah pernyataan tersebut dusta atau tidak perlu kiranya untuk membaca.
QS. Al Mujadalah ayat 11
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Ayat ini seringkali menjadi dalil akan pentingnya menuntut ilmu pengetahuan. Tentu saja, ilmu pengetahuan tidak serta merta datang dengan sendirinya, tetapi perlu adanya usaha untuk memperoleh ilmu pengetahuan tersebut yaitu dengan literasi.
Orang beriman adalah orang yang berilmu, dan orang berilmu belum tentu orang yang beriman. Berimannya seseorang terhadap Allah SWT sebagai Tuhan pemilik semesta maka, keimanannya tersebut merupakan sebuah ilmu pengetahuan. Beda halnya lagi dengan orang-orang yang berilmu tanpa beriman merupakan sebuah kemunafikan atau pendustaan terhadap ilmu yang ia perolehnya.
TENTANG PENULIS :
Sulaeman Daud, S.Pd adalah seorang penulis lepas yang saat ini berprofesi sebagai Guru SD di sebuah lembaga sekolah swasta. Selain itu, ia merupakan seorang organisatoris diberbagai organisasi diantaranya FLP Cabang Kab. Sukabumi, Syarikat Islam Sukabumi, HMI Cabang Sukabumi.