Sejarah Singkat dan Tantangan Forum Lingkar Pena

Sejarah singkat FLP


Sejarah singkat dan tantangan apa saja yang dihadapi oleh forum lingkar pena (FLP) akan kita kupas pada bincang organisasi kali ini. Yuk, simak.

Menyambut Kelahiran di Tengah Krisis

Tahun 1997 sebagaimana yang kita ketahui bangsa ini mengalami krisis yang cukup signifikan. Betapapun, besarnya krisis yang terjadi saat itu merupakan sebuah momentum atas muncul kesadaran-kesadaran akan kehidupan berbangsa dan bernegara lebih baik lagi. 

Gerakan-gerakan kebangkitan kesadaran menyatukan tekad dan persatuan dalam menyongsong sebuah reformasi. Alhasil reformasi politik terwujud dengan ditandainya pergantian tampuk kepemimpinan bangsa dari orde baru menuju era reformasi. 

Di tengah hiruk pikuk dan kebisingan krisis politik, ekonomi, sosial dan budaya di antaranya ada yang mengilhami akan kesadaran hidup dalam berliterasi. Kemerdekaan Indonesia tidak akan pernah terwujud tanpa adanya kesadaran literasi, begitu pula peradaban besar tidak akan pernah menampakan diri sebelum memahami literasi.

Itulah yang dirasakan oleh alumni Fakultas Sastra Universitas Indonesia yang selanjutnya mempengaruhi gerakan-gerakan literasi di Indonesia dan upaya itu terus dilancarkan hingga saat ini. 

Perempuan Hebat

Sebut saja Helvy Tiana Rossa, Asma Nadia, Maimon Herawati dan beberapa kawan-kawannya membentuk dan mendirikan sebuah forum yang kelak akan melahirkan para penulis-penulis baru, sastrawan, dan pegiat literasi. Forum tersebut bernama Forum Lingkar Pena (FLP) yang lahir pada tanggal 22 Februari 1997.

Gagasan membumi literasi di tanah Indonesia, menjadi nafas perjuangan bagi para penggerak FLP mulai dari Pusat, Wilayah, Cabang hingga Ranting.

Literasi dalam Arti Sempit

Literasi dalam arti sempit sebagaimana sudah diketahui bersama. Adalah kemampuan seseorang dalam memahami dan mengolah sebuah informasi melalui sebuah kegiatan membaca dan menulis. 

Menurut Elizabeth Sulzby literasi merupakan kemampuan seseorang dalam berkomunikasi dengan melalui empat aspek yaitu membaca, menulis, berbicara dan menyimak. Secara lebih luas, literasi merupakan sebuah pemahaman seseorang terhadap fenomena. Baik itu fenomena politik, sosial, budaya, ekonomi, dan gejala-gejala alam. Sehingga, perluasan pengertian literasi menjadi sangat kompleks. 

Literasi mengilhami FLP dalam bergerak dan bersosialisasi di tengah-tengah masyarakat. Sehingga, kelahirannya tentu saja disambut baik dan diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.

 Apalagi mengingat kondisi bangsa yang carut marut sehingga membutuhkan gagasan-gagasan segar untuk melakukan perubahan-perubahan besar. 

Bertahannya FLP hingga 24 tahun dan akan terus berkelanjutan selama kader-kadernya progresif dan inovatif sehingga menyesuaikan dengan perkembangan zaman. 

Ketika Mas Gagah Pergi, dan Bersemilah Kader FLP

Siapa yang tidak kenal dengan judul cerpen yang satu ini? cerita pendek yang berjudul “Ketika Mas Gagah Pergi” karangan Helvy Tiana Rosa telah berhasil membangkitkan semangat belajar keislaman di kalangan pemuda. 

Bahkan, dari tulisan tersebut Helvy Tiana Rosa turut serta menyadarkan betapa penting mempelajari Islam dan semangat baru dalam menuangkan gagasan terhadap bentuk pertobatan atau yang sering kita sebut dengan hijrah mode baru.

Pada mulanya, sebelum FLP berdiri Helvy Tiana Rossa sudah memberikan banyak karyanya untuk negeri. Karena keresahannya terhadap minat baca pada kalangan remaja, ia mengajak rekan-rekannya Asma Nadia dan Muthmainnah mendiskusikan hal tersebut hingga deklarasi itu tiba pada tanggal 22 Februari 1997. 

Awal sekali FLP berhasil berdiri dengan anggota sebanyak 30 orang kemudian pada tahun kedua yaitu 1999 maka, bermunculan keinginan dari berbagai daerah untuk membentuk kepengurusan FLP di wilayah dan cabang. 

Helvy Tiana Rosa menjadi center dari FLP ini memanfaatkan media annida untuk mengenalkan FLP kepada khalayak masyarakat. 

Alhasil, dengan terbitan “Ketika Mas Gagah Pergi” dan karya-karya anggota FLP ini bermunculan ke permukaan melalui majalah annida memberikan efek yang signifikan, menginspirasi dan tumbuh minat untuk bergabung bersama organisasi kepenulisan ini melalui majalah annida. 

Majalah Annida

Majalah annida yang dipimpin langsung oleh Ketua Umum FLP ini produktif menghasilkan sekitar seratus ribu eksemplar per bulan. Bahkan anggota FLP yang mendaftarkan diri melalui majalah annida sebanyak 2.000 orang anggota baru. FLP terus melebarkan sayapnya, membuat acara-acara yang menarik sehingga pada tahun 2003 terkumpul anggota baru sebanyak 3.000 orang. 

Sayangnya, pada saat itu Forum Lingkar Pena tidak begitu memperhatikan soal administrasi dan pendataan anggota. Kesadaran tersebut membuat FLP melakukan gerakan administrasi melalui Nomor Registrasi Anggota (NRA). Maka, melalui pengadministrasian NRA ini, anggota FLP lebih terakomodir dan terdata. 

Pada tahun 2014 terkonfirmasi ada 2.348 anggota FLP yang tersebar di 29 Wilayah dan 73 Cabang. Angka tersebut sebenarnya, belum mengakomodir secara keseluruhan anggota FLP karena masih banyak kendala di daerah khususnya dalam hal sosialisasi pemberlakuan Nomor Registrasi Anggota (NRA). 

Mungkin saja, bisa mencapai tiga hingga empat kali lipat dari angka tersebut, sebagaimana pernyataan Afifah Afra, Ketua Umum FLP Periode 2017-2021 seperti dilansir tirto.id.

Tantangan Kaderisasi FLP Kontemporer

FLP yang lahir selama 24 tahun, dengan berbagai problematikanya telah melahirkan para penulis-penulis produktif dengan tiga pilar organisasinya yaitu Keislaman, Keorganisasian dan Kepenulisan. 

Dari ketiga pilar ini, merupakan sebuah konsep besar dalam memberikan pemahaman terhadap kader FLP bahwasanya, FLP adalah organisasi yang memiliki sebuah sistem dalam memberikan pendidikan terhadap anggota-anggotanya. 

Sistem ini yang kemudian dikembangkan dan dibakukan menjadi gerakan sebagai upaya melahirkan penulis-penulis yang andal dan mampu mencerahkan generasi ke generasi. Oleh karenanya, upaya-upaya tersebut bukan berarti tanpa tantangan. Dalam hal ini kita dapat membuat dua faktor tantangan kaderisasi yang dihadapi oleh FLP,

Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor tantangan FLP yang muncul dari dalam atau tubuh Forum Lingkar Pena sendiri. Beberapa faktor tersebut diantaranya, 

Kuantitas Anggota

Banyak atau sedikitnya anggota mungkin tidak akan menjadi sebuah masalah bagi sebagian orang. Tetapi, banyak atau sedikitnya anggota sangat menentukan sumber daya manusia yang dimiliki sebuah organisasi untuk melanjutkan estafeta kepemimpinan dan memastikan akan berlangsungnya organisasi yang berkelanjutan. 

Kualitas Anggota

Produktivitas anggota dalam berkarya, serta kualitas dari karya yang dihasilkan menjadi sebuah tantangan bagi FLP. Karenanya, FLP perlu memastikan bahwa anggotanya memiliki kualitas karya maupun dalam hal lain serta mampu bersaing, berkolaborasi, dan menjadi sosok yang diperhitungkan di tanah air. 

Sistem Kaderisasi

FLP tidak hanya sebagai organisasi yang menawarkan produktivitas karya, tetapi FLP juga menawarkan status anggota secara berjenjang yang dapat ditempuh oleh semua kader dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam AD/ART. 

Jenjang kaderisasi di FLP sendiri terdiri dari 3 status (tingkat) yaitu Muda, Madya dan Andal. Dengan syarat-syarat yang sudah ditentukan. Tetapi, belum adanya kejelasan upaya-upaya sejenis kegiatan yang dibakukan dan ditentukan oleh FLP sendiri.

Seperti halnya di Jawa Barat, untuk menjadi kader FLP yang menyandang status Madya mereka perlu mengikuti Taman Penulis, dan di Kabupaten Sukabumi untuk menyandang status Muda mereka perlu mengikuti Sekolah Penulis Muda. 

Pengelolaan Organisasi

Pada dasarnya, semua akan bermuara pada baik atau kurang baiknya dalam mengelola organisasi. Dari ketiga tantangan yang dihadapi di dalam tubuh FLP adalah sebagaimana seorang pemimpin mampu mengelola organisasi secara baik. 

Ketika organisasi dikelola secara idealis dan baik maka, akan melahirkan kuantitas dan kualitas yang baik termasuk dalam hal sistem pengelolaan kaderisasinya. Oleh karenanya, kekompakan, solidaritas dan persamaan visi dan misi yang bawa oleh FLP harus menjadi prioritas pelaku organisasi ini.

Faktor Eksternal

Tantang yang datang dari faktor eksternal merupakan sebuah tantangan yang datang dari luar organisasi. Di antaranya adalah sebagai berikut,

Sosio-Politik

Menjadi sesuatu yang sangat berseberangan dengan sebuah prinsip organisasi perkaderan yang dikait-kaitkan dengan isu politik. 

Beberapa di antaranya, mungkin kita pernah mendengar bahwa FLP merupakan bagian dari partai tertentu atau kader-kader FLP memanfaatkan FLP itu sendiri untuk dijual bagi kepentingannya dalam hal mendulang simpati publik. 

Begitu pula, dengan kondisi-kondisi sosio-politik tertentu FLP harus memberikan sikap dan senantiasa menegakan prinsip-prinsip keadilan dalam hal memahami politik yang terjadi di Indonesia. 

Ideologi

Tantangan yang tidak kalah mengerikannya, adalah masuknya ideologi atau pemahaman-pemahaman tertentu sehingga membuat kader FLP fanatik terhadap satu golongan dan mengharamkan golongan yang lainnya. 

Oleh karenanya, untuk melawan ideologi atau pemahaman yang tidak sejalan dengan prinsip organisasi perlu lawan dengan pemahaman yang mengakar dan menjadi sesuatu yang dapat dipertanggungjawabkan keberadaannya. 

Sosio-Kultural

Kehidupan sosial dan budaya menjadi tantangan berikutnya yang harus menjadi perhatian FLP. Mengingat budaya bangsa Indonesia yang majemuk apalagi dengan tantangan pertukaran budaya yang semakin riskan dan signifikan karena efek dari adanya globalisasi serta kemajuan teknologi. Budaya tertentu, yang dapat merusak moral dan akhlak adalah musuh utama bagi FLP. 

Teknologi dan Ilmu Pengetahuan

Sumber dari mudahnya informasi diakses, kemudian kejahatan dan kerusakan moral dipertontonkan adalah bagian dari keburukan kemajuan teknologi. Akan tetapi, bagi kader FLP teknologi bukanlah sesuatu hal yang harus dihindari justru dengan adanya teknologi, FLP dapat mengembangkan kiprahnya menulis melalui jaringan digital. 

Demikian tulisan ini sebagai sebuah alarm pengingat agar Forum Lingkar Pena senantiasa dapat menjalankan kiprahnya bagi negeri dengan karya dan aksi. Menjadi insan yang akademis, kreatif dan membangun cita-cita bangsa Indonesia yang berkeadaban. 

Sukabumi, 28 Februari 2021


Tentang Penulis

Ule Maniloka adalah salah seorang mahasiswa yang di salah satu perguruan tinggi di Sukabumi. Saat ini aktivitasnya adalah berorganisasi di beberapa organisasi seperti HMI, DEMA STAI Kharisma Cicurug, DKR Cidahu (Pramuka) dan FLP Kab. Sukabumi. Saat ini penulis masih aktif menulis di blog catatanmangule.blogspot.com.

Next Post Previous Post
2 Comments
  • Sundani
    Sundani 5 Maret 2021 pukul 19.57

    wah luar biasa FLP , semoga cita - cita mulia utk menumbuhkan minat literasi dimasyarakat semakin sukses.
    dan semoga para pejuangan tetap dalam keadaan semangat seperti semangat para pedirinya. Amiinn
    tambahan strategi sosialisasi FLP dapat dilakukan dgn kerjasama dengan kelompok-kelompok masyarakat. InsyaAllah akan lebih memudahkan cita-cita FLP dalam mewujudkan minat tinggi literasi dan menulis.
    💪💪💪

    • Sulaeman Daud
      Sulaeman Daud 5 Maret 2021 pukul 21.16

      Terimakasih kakanda atas masukannya. InsyaAllah kita akan senantiasa berkolaborasi dan membangun komunikasi dengan komunitas2 masyarakat lainnya.

Add Comment
comment url